TUGAS BAHASA INDONESIA
TENTANG ANALISIS NOVEL
Disusun oleh : MELISA TRIS SUKMA
Kelas XI.IA 3
SEMESTER I
Guru pembimbing : DEWI SURYANI, S.Pd
SMA N 3 SOLOK SELATAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan ke Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan waktu, dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan ‘ANALISIS NOVEL SALAH ASUHAN” ini, yang masih jauh dari kesempurnaan.
Analisis ini disusun dengan maksud untuk membantu pembaca dalam pemahaman cerita novel SALAH ASUHAN, karya ABDOEL MOEIS. Juga menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam novel ini, seperti halnya Tema Cerita, Alur Cerita, Latar Cerita, Perwatakan Tokoh, Gaya Bahasa, latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang karya sastra, dan Amanat Cerita. Makalah ini masih bersifat sederhana. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sangat saya harapkan.
| Terima Kasih Penyusun, MELISA TRIS SUKMA |
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian novel
B. Unsure – unsure intrinsik dan ekstrinsik dalam novel
BAB II ANALISIS NOVEL
A. Unsure intrinsic
B. Unsure ekstrinsik
BAB III KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN NOVEL
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti „sebuah barang baru yang kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟. (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 9). Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain.
1. Menurut Drs, Jacob Sumardjo
Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.
2. Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd.
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan.
3. Menurut Drs. Rostamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd.
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
4. Menurut Paulus Tukam, S.Pd
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.
B. UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM NOVEL
a. Unsur intrinsik
Yaitu unsur y ang membangun karya sastra dari dalam, diantaranya :
1. Tema
Tema adalah pokok permasalahan yang ada dalam sebuah cerita.
2. Penokohan
Penokohan adalah pemberian watak atau karakter pada masing-masing pelaku dalam sebuah cerita. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal.
3. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita.Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
4. Sudut pandang
Menurut Harry Show (1972 : 293), sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
Ø Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
Ø Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
Ø Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
5. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah alat utama pengarang untuk melukiskan, menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika.
Macam-macam gaya bahasa:
Ø personifikasi: gaya bahasa ini mendeskripsikan benda-benda mati dengan cara memberikan sifat -sifat seperti manusia.
Ø simile (perumpamaan): gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan penibaratan.
Ø hiperbola: gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan dengan maksud memberikan efek berlebihan.
6. Latar atau setting
Latar atau setting adalah penggambaran terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita meliputi tempat, waktu, sosial budaya, dan keadaan lingkungan.
7. Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam cerita.
b. Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik Adalah unsur yang tidak secara langsung melekat dan membangun karya sastra.
Unsur ekstrinsik antara lain:
Unsur ekstrinsik antara lain:
1. Latar belakang kehidupan pengarang.
2. Kondisi zaman saat karya sastra itu diciptakan
Latar Belakang Kehidupan Pengarang
Meliputi:
Latar Belakang Kehidupan Pengarang
Meliputi:
Ø Tingkat pendidikan
Ø profesi/pekerjaan
Ø Status sosial ekonomi
Ø Pandangan politik
Ø Kepercayaan/agama/faham yang dianut pengarang dan lain-lain
Ø Keadaan Zaman pada Saat Karya Sastra Diciptakan
Merujuk pada situasi politik dan tingkat peradaban masyarakat saat karya sastra itu diciptakan
Merujuk pada situasi politik dan tingkat peradaban masyarakat saat karya sastra itu diciptakan
BAB II
ANALISIS NOVEL
Sinopsis novel “SALAH ASUHAN”
A. Analisis Unsur Intrinsik
1. Tema
Adapun tema yang terkandung dalam
novel Salah Asuhan adalah perbedaan adat
istiadat.
Adapun tema yang terkandung dalam
novel Salah Asuhan adalah perbedaan adat
istiadat.
2. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Salah
Asuhan adalah alur maju karna pengarang
menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya.
Alur yang digunakan dalam novel Salah
Asuhan adalah alur maju karna pengarang
menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya.
3. Pusat Pengisahan /Sudut Pandang
Dalam novel Salah Asuhan , pengarang
bertindak sebagai orang ketiga yaitu
menceritakan kehidupan tokoh -tokoh pada
novel.
Dalam novel Salah Asuhan , pengarang
bertindak sebagai orang ketiga yaitu
menceritakan kehidupan tokoh -tokoh pada
novel.
4. Latar /setting
Latar atau tempat terjadinya yaitu :
Latar atau tempat terjadinya yaitu :
Ø Lapangan tennis .
“Tempat bermain tennis , yang dilindungi oleh
pohon- pohon kelepa disekitarnya, masih
sunyi” (hal .1 , paragraf 1 )
“Tempat bermain tennis , yang dilindungi oleh
pohon- pohon kelepa disekitarnya, masih
sunyi” (hal .1 , paragraf 1 )
Ø Minangkabau
“Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan
selamanya tinggal di kampung saja, tapi
sebabkasihan kepada anak , ditinggalkannyalah
rumah gedang di Koto Anau, dan tinggallah ia
bersma-sama dengan Hanafi di
Solok.” ( halaman 23, paragraf 3 )
“Maka tiadalah ia segan -segan mengeluarkan uang
buat mengisi rumah sewaan di Solok itu secara
yang dikehendaki oleh anaknya .” (halaman 23,
paragraf 4 )
“Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan
selamanya tinggal di kampung saja, tapi
sebabkasihan kepada anak , ditinggalkannyalah
rumah gedang di Koto Anau, dan tinggallah ia
bersma-sama dengan Hanafi di
Solok.” ( halaman 23, paragraf 3 )
“Maka tiadalah ia segan -segan mengeluarkan uang
buat mengisi rumah sewaan di Solok itu secara
yang dikehendaki oleh anaknya .” (halaman 23,
paragraf 4 )
Ø Betawi
“Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di
Betawi ”(hal. 23, paragraph 1 )
“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan
Merah Jakarta, Corrie!” (halaman 103 , Paragraf
2)
“Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di
Betawi ”(hal. 23, paragraph 1 )
“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan
Merah Jakarta, Corrie!” (halaman 103 , Paragraf
2)
Ø Semarang
“Pada keesokan harinya Hanafi sudah dating pula
ke rumah tumpangan itu , dan bukan buatan
sedih hatinya, demikian mendengar bahwa
Corrie sudah berangkat . Seketika itu ia berkata
hendak menurutkan ke Semarang .” (halaman
186 , paragraf
“Pada keesokan harinya Hanafi sudah dating pula
ke rumah tumpangan itu , dan bukan buatan
sedih hatinya, demikian mendengar bahwa
Corrie sudah berangkat . Seketika itu ia berkata
hendak menurutkan ke Semarang .” (halaman
186 , paragraf
Ø Surabaya
“Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu
pension kecil, mengaku nama Tuan dan Nona
Han.” ( halaman 144 , paragraf 1 )
“Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu
pension kecil, mengaku nama Tuan dan Nona
Han.” ( halaman 144 , paragraf 1 )
5. Tokoh
a) Hanafi , wataknya keras kepala , kasar
Ø keras kapala
“Memang … .kasihan! Ah ibuku …aku pengecut tapi
hidupku kosong…habis cita-cita baik…enyah !. ”
Halaman 259 , paragraf 8 )
“Memang … .kasihan! Ah ibuku …aku pengecut tapi
hidupku kosong…habis cita-cita baik…enyah !. ”
Halaman 259 , paragraf 8 )
Ø kasar
“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu
kebelakang!” kata Hanafi dengan suara bengis
dari jauh .” ( halaman 80, paragraf 2 )
“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu
kebelakang!” kata Hanafi dengan suara bengis
dari jauh .” ( halaman 80, paragraf 2 )
b) Corrie , wataknya baik , mudah bergaul
Ø baik
“O , sigaret tante boleh habiskan satu dos . Sudah
tentu enak , ayoh coba!” (halaman 164 , paragraf
“O , sigaret tante boleh habiskan satu dos . Sudah
tentu enak , ayoh coba!” (halaman 164 , paragraf
Ø mudah bergaul
“Oh , ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas, ”
kata Corrie sambil tertawa, “buat dua tuga
orang perempuan saja masih berlapang -
lapang .” (halaman 7, paragraf 2 )
“Oh , ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas, ”
kata Corrie sambil tertawa, “buat dua tuga
orang perempuan saja masih berlapang -
lapang .” (halaman 7, paragraf 2 )
c) Rapiah , wataknya sabar, baik
Ø sabar
“Rapiah tunduk, tidak menyahut , airmatanya saja
berhamburan. Syafei , dalam dukungan ibunya
yang tadinya menangis keras, lalu mengganti
tangisnya dengan beriba -iba . Seakan-akan
tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak
berdaya, sedang menempuh azab dunia dan
menanggung aib di muka -muka
orang.” ( halaman 83, paragraf 4 )
“Rapiah tunduk, tidak menyahut , airmatanya saja
berhamburan. Syafei , dalam dukungan ibunya
yang tadinya menangis keras, lalu mengganti
tangisnya dengan beriba -iba . Seakan-akan
tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak
berdaya, sedang menempuh azab dunia dan
menanggung aib di muka -muka
orang.” ( halaman 83, paragraf 4 )
Ø baik
“Apakah ayahmu orang baik ? Uah sungguh -
sungguh orang baik . Kata ibuku tidak adalah
orang yang sebaik ayahku itu. ” (halaman 238 ,
paragraf 5 )
“Apakah ayahmu orang baik ? Uah sungguh -
sungguh orang baik . Kata ibuku tidak adalah
orang yang sebaik ayahku itu. ” (halaman 238 ,
paragraf 5 )
d) Ibu Hanafi , wataknya sabar dan baik
Ø sabar
“Astagfirullah , Hanafi ! Turutilah ibumu
mengucap menyebut nama Allah bagimu dan
tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu
tersesatnya” ( halaman 85, paragraf 4 )
“Astagfirullah , Hanafi ! Turutilah ibumu
mengucap menyebut nama Allah bagimu dan
tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu
tersesatnya” ( halaman 85, paragraf 4 )
Ø baik
“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh
terlampau waktu berbuka , Piah ! Sebaik- baiknya
hendaklah engkau pergi makan
dahulu .” ( halaman 119 , paragraf 4)
“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh
terlampau waktu berbuka , Piah ! Sebaik- baiknya
hendaklah engkau pergi makan
dahulu .” ( halaman 119 , paragraf 4)
e) Tuan Du Busse , wataknya tegas
“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-
patutnya” (halaman 10 , paragraf 5)
“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-
patutnya” (halaman 10 , paragraf 5)
f) Si Buyung, wataknya penurut
“Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat
bermalas-malas . Hamba disuruh kejalan. Diam !
Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke
dapurl alu menceritakan apa yang
diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula
habis’ terpaksalah ia disuruh ke toko yang tidak
berapa jauh letaknya dari rumah. ” (halaman 80,
paragraf 2 )
“Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat
bermalas-malas . Hamba disuruh kejalan. Diam !
Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke
dapurl alu menceritakan apa yang
diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula
habis’ terpaksalah ia disuruh ke toko yang tidak
berapa jauh letaknya dari rumah. ” (halaman 80,
paragraf 2 )
g) Syafei , wataknya berani
“Itulah yang kusukai , bu . Sekian musuh nanti
kusembelih dengan pedangku. ” (halaman 196 ,
paragraf 8 )
“Itulah yang kusukai , bu . Sekian musuh nanti
kusembelih dengan pedangku. ” (halaman 196 ,
paragraf 8 )
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalan novel
Salah Asuhan ini cukup sulit untuk diartikan.
Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya
juga terdapat bahasa Belanda . Pada novel ini
juga terdapat :
Gaya bahasa yang digunakan dalan novel
Salah Asuhan ini cukup sulit untuk diartikan.
Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya
juga terdapat bahasa Belanda . Pada novel ini
juga terdapat :
a) Peribahasa
“saat ini , air mukamu jerni , keningmu licin,
bolehkah ibu menuturkan niatku itu, supaya
tidak menjadi duri dalam daging ” (halaman 25,
paragraf 3 )
“saat ini , air mukamu jerni , keningmu licin,
bolehkah ibu menuturkan niatku itu, supaya
tidak menjadi duri dalam daging ” (halaman 25,
paragraf 3 )
b) Majas perbandingan ( perumpamaan)
“Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia
berkata sakit kepala , karna sebenarnyalah
kepalanya bagai dipalu ” ( halaman 47, paragraf
2)
“Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia
berkata sakit kepala , karna sebenarnyalah
kepalanya bagai dipalu ” ( halaman 47, paragraf
2)
7. Amanat
Adapun amanat yang terkandung dalam
novel Salah Asuhan adalah :
Adapun amanat yang terkandung dalam
novel Salah Asuhan adalah :
Ø Janganlah melupakan adat istiadat negeri
sendiri , jikalau ada adat istiadat dari bangsa
lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai
memilih, yaitu pilihlah adat yang layak dan baik
kita terima di negeri kita.
sendiri , jikalau ada adat istiadat dari bangsa
lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai
memilih, yaitu pilihlah adat yang layak dan baik
kita terima di negeri kita.
Ø Jangan memaksakan suatu pernikahan yang
tidak pernah diinginkan oleh pengantin
tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa
keduanya.
tidak pernah diinginkan oleh pengantin
tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa
keduanya.
8. Diksi
Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini
cukup sulit untuk dimengerti karena banyak
terdapat bahasa Belanda.
Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini
cukup sulit untuk dimengerti karena banyak
terdapat bahasa Belanda.
B. Analisis Unsur Ekstrinsik
1. Latar belakang penciptaan karya sastra
Berasal dari luar diri pengarang , karena pada
novel ini pengarang hanya sebagai sudut
pandang orang ketiga .
Berasal dari luar diri pengarang , karena pada
novel ini pengarang hanya sebagai sudut
pandang orang ketiga .
2. Sejarah dan latar belakang pengarang
Abdoel Moeis ( lahir di Sungai Puar, Bukittinggi ,
Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – wafat di Bandung,
Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun)
adalah seorang sastrawan dan wartawan
Indonesia . Pendidikan terakhirnya adalah di
Stovia ( sekolah kedokteran, sekarang Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia) , Jakarta akan
tetapi tidak tamat . Ia juga pernah menjadi
anggota Volksraad yang didirikan pada tahun
1916 oleh pemerintah penjajahan Belanda .
Abdoel Moeis ( lahir di Sungai Puar, Bukittinggi ,
Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – wafat di Bandung,
Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun)
adalah seorang sastrawan dan wartawan
Indonesia . Pendidikan terakhirnya adalah di
Stovia ( sekolah kedokteran, sekarang Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia) , Jakarta akan
tetapi tidak tamat . Ia juga pernah menjadi
anggota Volksraad yang didirikan pada tahun
1916 oleh pemerintah penjajahan Belanda .
3. Kondisi masyarakat saat karya sastra
diciptakan .
Pengarang menciptakan novel ini karena
berdasarkan kehidupan sosial masyarakat pada
masa itu yang menceritakan seseorang yang
melupakan adat istiadatnya.
diciptakan .
Pengarang menciptakan novel ini karena
berdasarkan kehidupan sosial masyarakat pada
masa itu yang menceritakan seseorang yang
melupakan adat istiadatnya.
BAB III
KESIMPULAN
Abdoel Meis adalah pengarang pembaharu dalam kesastrawan lama Indonesia. Abdoel Moeis adalah pengarang angkatan Balai Pustaka. Cerita yang dikarangnya ini berbentuk roman tentang kehidupan masyarakat.
Novel Salah Asuhan telah dikenal luas oleh masyarakat, dan telah mengalami pencetakan ulang berkali-kali karena banyak peminat yang ingin memahami maknanya. Novel ini kerap kali menjadi bacaan yang digunakan di sekolah-sekolah, agar siswa siswi dapat memahami jelas bagaimana kehidupan campuran antara orang Timur dengan orang Barat.
Novel Salah asuhan ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi remaja yang hendak mengadakan pernikahan campuran, untuk lebih mempertimbangkan untung ruginya ke depan akibat pernikahan tersebut. Dengan demikian novel ini layak untuk dipahami.